RSS

Curhat

Mengenangmu…

Waktu terus bergulir meninggalkan jejak-jejak kenangan yang sampai saat ini masih tersimpan dengan rapi di hatiku, sesuatu yang tidak pernah ku lupa untuk kali pertama aku bisa merasa dekat dan menyelami perasaanmu. Aku masih ingat ketika senja di pertengahan Juni itu, di sebuah bangu panjang yang menjadi saksi bisu cerita sandu kehidupanmu ada yang tersentak, ketika ku lihat binar matamu yang teduh itu mendadak redup seperti senja, wajahmu yang biasa berbiaskan senyum tiba-tiba muram berselimutkan duka yang dalam dan entah mengapa ada keberanian berada di sampingmu mendengarkan segala galau yang kau curahkan.

Sederetan kisah mengalir bagai air tentang masa lalu, cinta dan keinginan yang tak tercapai, semuanya terkumpul menjadi beban berat yang selama ini kau simpan sendiri.

Sore itu, aku hanya menjadi pendengarmu, aku biarkan senja kian merambat dan beralih petang, aku tatap lantai yang dingin di depanku, mungkin sama dinginnya dengan hatimu yang resah

Apakah kau tahu sahabatku…. ada sudat mata yang menghangat dengan rebesan beku air mata, tapi aku tidak ingin menangis di depanmu, agar kau tidak tahu betapa luruh hatiku sore itu mendengar setiap untaian ceritamu.

Ingin ku rengkuh jiwamu yang resah menyimpan duka, ingin rasanya ku bantu kau merapatkan jaket ditubuhmu dari udara dingin yang tertiup agar batukmu yang dulu itu tidak kambuh lagi, tapi dengan tangan kecilku, tak mungkin aku memiliki kebranian bahkan untuk menyapamu pun harus berpikir dua kali, apakah aku cukup layak untuk itu.

Sobat, seberat apa pun masalahmu, jangan pernah merasa sendirian, setidaknya aku akan disini saat kau terasing dan tersesat meski hanya sebatang lilin kecil yang sedikit memiliki terang, aku akan hadir membantumu bangun saat kau terjatuh, juga kapan pun kau butuhkan saat hari-harimu kau rasakan begitu sangat rapuh.

Angin dingin menerpa basah membuat tirai hatiku luluh terdiam, ku tatap sekali lagi sinar matamu yang teduh ada guratan kesediahan menjelma menjadi isak tangis tertahan oh, sahabatku… betapa aku tidak bisa memandangmu dalam kondisi seperti itu. ceritalah sahabatku… ceritakan lah semuanya yang mengimpit perasaanmu tanpa sedikit pun yang tersisa. karena sejak hari itu, kau bukan lagi orang asing bagiku karena sejak hari itu, aku peduli padamu, sangat peduli.

Terakhir untukmu sahabatku… kini saatnya kau tutup lembaran usang masa lalu, lihatlah kedepan, rerumputan hijau tampak segar dengan butir-butir embun. keringkan sayapmu yang masih basah dan terbanglah kesana kemari meraih impian dan harapan. aku akan tersenyum menyaksikan keberhasilanmu.

Nanti jika hujan badai datang lagi, sementara kau tidak memiliki tempat untuk bertedu, datanglah padaku dengan kepekaan sayapmu. Aklu masih sebagai lilin kecilmu di tempat yang sama, akan ku yakinkan padamu, bahwa itu adalah badai terakhir dalam hidupmu karena selanjutnya, segala yang terbaik akan menjadi milikmu selamanya.

Mengenang kembali, 1 Juli 2004.

 

4 responses to “Curhat

  1. t i n i

    22 12pm5000000pmSen, 12 Mei 2008 12:12:58 +000012 2008 at 16:15

    Aku dataang..
    Numpang ya ngeringin sayap, kena ujan tadi 😀

     
  2. agung

    22 9am1000000amJum, 09 Jan 2009 05:01:23 +000001 2008 at 16:15

    adaaa apaa dngan mengenangmu…???
    tukeran linkk mau kagag brooo…???
    aq juga masii belajar niyy..

     
  3. kharis

    22 9pm1000000pmJum, 09 Jan 2009 19:04:06 +000004 2008 at 16:15

    makasih dah ke royo-royo mampir he….
    To : agung
    Boleh…

     
  4. hendra

    22 9am4000000amSab, 09 Apr 2011 03:12:41 +000012 2008 at 16:15

    kak sya ini adalah orang yg cepat putus asa.dan terobsesi oleh sesuatu.

    kak hariis saya ska melihat seseorang itu memegang kamera pha lagy seperti wartwan…

    saya mau skali memegang kamera.tapi saya tdk tau cara pakai soalnya banyak sesuat d dalam kamera itu yg sya tdk mengerti….

     

Tinggalkan Balasan ke hendra Batalkan balasan